Sebagai bagian dari komunitas ahli ilmu kebumian, kita pasti sudah tidak
asing lagi dengan peta topografi. Peta topografi ini penting, karena
sebagai peta dasar, nantinya dapat digunakan sebagaidasar bagi
pengembangan sebagai peta-peta tematik lainnya.
Di Indonesia,
khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan potensi batubaranya
masih banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal), maka tambang
terbuka adalah pilihan yang paling tepat dan ekonomis. Tetapi di Jepang,
di mana peraturan tentang perubahan bentang alam (morfologi) sangat
ketat, semua tambang batubara yang beroperasi pada abad 20,menerapkan
tambang bawah tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan potensi
batubara yangberada pada kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air
(laut maupun danau) tidak boleh ditambang. Dalam hal ini peta topografi
tidak akan banyak gunanya bagi perencanaan tambang, kecuali untuk
penempatan fasilitas-fasilitas tambang yang memang harus berada di
permukaan.
Untuk kebutuhan perencanaan tambang terbuka, peta
topografi memegang peranan sentral, karena dari sini nantinya akan
diturunkan beberapa satuan peta, seperti:
Peta hasil eksplorasi, yang memuat informasi tentang posisi singkapan batubara, posisi titik bor, dll.
Peta ketebalan batubara
Peta ketebalan overburden
Peta distribusi fungsi kualitas, misalnya kadar sulfur, distribusi kalori, dll.
Peta jalan tambang dan kemiringan lereng
Peta kemajuan tambang
Peta perencanaan drainase tambang (peta penyaliran) Dan lain-lain
Dengan demikian pemahaman tentang peta topografi bagi seorang perencana tambang adalah mutlak.
Jenis PetaJenis-jenis peta bisa dikelompokkan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.
Pengelompokan
peta berdasarkan isinya: seperti, Peta Hidrografi (Peta Bathymetri),
Peta Geologi, Peta Kadaster (peta kepemilikan tanah), Peta Irigasi
(jaringan saluran air) dan lain-lain.
Pengelompokan peta berdasarkan
skalanya: peta skala besar (1 : 10.000 atau lebih besar), peta skala
sedang (1 : 10.000 - 1 : 100.000), peta skala kecil (< 1 : 100.000).
Peta
berdasarkan penurunan dan penggunaan: Peta Dasar, digunakan untuk
membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu
wilayah,
Peta Tematik, dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar
dan memuat tema-tema tertentu. Peta tanpa skala akan mengurangi arti dan
fungsinya atau bahkan tidak berguna. Skala peta menunjukkan ketelitian
dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar
lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta
bisa dinyatakan dengan: persamaan (engineer's scale), skala
perbandingan, skala numeris atau skala fraksi (numerical or fractional
scale) dan grafis (graphical scale).
Susunan PetaPeta
merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa
bumi dengan penyajian pada skala tertentu. Untuk memudahkan pengelolaan
dan pencarian, dibuat indeks peta dalam bentuk teks atau grafis. Gambar
unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat disajikan sesuai
ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu
dianggap penting untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol
gambar tertentu. Supaya peta mudah dibaca dan dipahami, maka aneka ragam
informasi peta pada skala tertentu harus disajikan dengan cara-cara
tertentu, yaitu:
Simbol
Warna : digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-lainnya.
Daftar
kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta. : digunakan untuk
membedakan atau merinci lebih jauh dari simbol suatu obyek, misalnya
warna batupasir pada Peta Geologi berwarna kuning, batulempung berwarna
hijau dll. Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun
dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap
lembar peta. Unsur legenda peta biasa dibakukan agar memudahkan
pembacaan dan interpretasi berbagai peta oleh berbagai pemakai dengan
berbagai keperluan.
Suatu peta bernilai informasi tinggi jika di
dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya adalah; skala peta, informasi
ketinggian (atau kontur), informasi arah (biasanya utara peta),
koordinat, legenda, indeks peta, serta unsur-unsur lain yang dipandang
perlu.
Koordinat Peta
Di dalam peta yang
umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat peta dalam beberapa
sistem seperti koordinat Bassel, koordinat UTM serta koordinat lokal.
Pada peta topografi atau peta geologi yang digunakan di Indonesia
umumnya menganut sistem koordinat UTM. Sedangkan bila kita melakukan
pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat ukur theodolite,
umumnya kita menggunakan koordinat lokal. Untuk merubah koordinat lokal
menjadi koordinat UTM, maka pada awal pengukuran, saat pembuatan
poligon, sebelumnya harus diikatkan kepada satu titik tetap (benchmark)
yang posisinya koordinat UTM-nya sudah diketahui. Sehingga dengan
demikian konversi terhadap koordinat UTM dapat dilakukan.
Garis Kontur
Garis
Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah
informasi tentang tinggi (elevasi) suatu tempat terhadap rujukan
tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada peta
topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line). Garis kontur
adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama.
Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik
yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi
tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak
garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang
mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka
bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala.
Pengertian Kontur Topografi
Kontur topografi
adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai
ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang
disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval
vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2
(dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya
interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi.
Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di
atas skala grafis.

Kontur
biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya
berwarna cokelat atau oranye). Setiap kontur keempat atau kelima
(tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan
garis yang lebih tebal. Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu
pembacaan kontur dan menghitung kontur untuk menentukan tinggi. Angka
(ketinggian) kontur diletakkan pada bagian kontur yang diputus, dan
diurutkan sedemikian rupa agar terbaca searah dengan kemiringan ke arah
atas (lebih tinggi).
Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih
dari 40 mm sesuai skala peta dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu
ini sangat berarti terutama jika ada gundukan kecil pada daerah yang
datar. Kontur bantu digambar pada peta berupa garis putus-putus untuk
membedakan dengan kontur standar.
Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000
Bentuk Kontur
Bentuk
suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya.
Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal,
kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Jika
kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka
kemiringannya teratur.
Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:
- Kontur
adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada, tetap
akan bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika
kontur masuk ke suatu daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal,
karena ketiadaan ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah
pada pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan
dengan simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar dari
simbol tersebut.
- Jika
kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng
disebut konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika
sebaliknya, yaitu merenggang, maka disebut dengan konkav (cekung), dan
memberikan pandangan yang panjang.
- Jika
pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat
maka permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi
(bergelombang).
- Kontur-kontur
yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-patah.
Kontur-kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan yang
teratur (tidak patah-patah), kecuali pada peta skala kecil pada umumnya
penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses generalisasi yang
dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil (minor).

Berbagai kenampakan kontur
Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B
Kenampakan
yang tidak berubah dengan penggambaran kontur adalah bukit dan lembah.
Bentuk permukaan lahan tidak berubah cukup berarti meskipun ada bangunan
gedung, jalan, pemotongan pepohanan (hutan atau perkebunan). Penafsiran
yang benar terhadap bentuk permukaan lahan membutuhkan latihan, praktek
dan pengalaman yang memadai di lapangan.
Membuat Potongan Profil
Untuk
membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B pada
peta berkontur, gambarlah sebuah garis lurus pada peta antara
titik-titik tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang
terpotong oleh garis. Pada gambar 5.4 kontur yang tertinggi adalah 200
meter, dan yang terendah adalah 80 meter.
Letakkan secarik kertas
dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan tandai pada titik A dan
titik B tersebut juga titik-titik di mana kontur-kontur memotong garis.
Berilah label angka tinggi.
Pemotongan Garis Kontur
Dari
masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar
dengan pinggiran yang sudah ditandai gambar garis-garis paralel dengan
skala yang sesuai untuk menunjukkan angka tinggi dari masing-masing
kontur yang dipotong oleh garis AB, yaitu 80 sampai dengan 200 meter.
Buat sebuah tanda pada setiap garis vertikal di mana itu memotong skala
tinggi sejajar sesuai dengan tingginya pada garis AB. Gabungkan
tanda-tanda ini dengan suatu garis kurva yang halus, memungkinkan untuk
membentuk lereng permukaan antara kontur-kontur di lembah dan di puncak
bukit. Penggunaan kertas milimeter atau grid akan memudahkan
penggambaran.
Potongan yang menunjukkan intervisibilitas
Menentukan Gradien Jalan Pada Peta
Kemiringan
suatu lereng (slope) biasanya didefinisikan sebagai suatu gradien.
Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah gradien 2 dalam 16, artinya 2
unit vertikal untuk setiap 16 unit pada arah horisontal. Selama kedua
unit tersebut sama pada kedua arah, maka tidak ada bedanya apapun satuan
panjangnya (meter atau pun kaki). Gradien tersebut biasanya ditulis
sebagai 2/16.
Kemiringan lereng atau slope
Kadangkala
gradien dinyatakan dalam persentase. Untuk mengkonversinya adalah
mengalikan perbandingan dengan bilangan 100%, yaitu:
2/16 x 100% = 1,25%
Untuk
menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak
horisontal antara kontur-kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan
dalam unit yang sama seperti pada angka interval kontur. Misalnya, jika
interval kontur 10 meter dan jarak yang diukur di peta antara dua kontur
yang berurutan tersebut adalah 120 meter, maka gradien rata-ratanya
antara dua kontur adalah 10/120 = 1/12 atau 1 dalam 12 atau 8,5%.
Untuk
menentukan gradien yang paling terjal dari suatu jalan, temukan titik
di mana dua kontur yang berturutan saling berdekatan, kemudian ukurlah
seperti prosedur di atas.
Suatu
gradien rata-rata dapat diukur dengan cara yang sama terhadap beberapa
interval kontur, meskipun hal ini tidak banyak berarti kecuali ada
kemiringan lereng yang konstan pada arah yang sama.
Jika
dibutuhkan untuk memeriksa bahwa gradien maksimum sepanjang suatu jalan
tidak melebihi 1/6, dan interval kontur adalah 10 meter, maka jarak
antara kontur-kontur tadi tidak boleh kurang dari 6 x 10 = 60 meter.
Tandailah pada sepotong kertas suatu jarak 60 meter pada skala peta,
interval kontur dapat diperiksa untuk melihat apakah jarak pada titik
mana pun lebih pendek dari jarak yang ditentukan. Jika demikian halnya
maka gradiennya lebih terjal dari 1/6.
SUMBER BUKU GEOLOGI