TIMAH
Timah terdapat di alam dalam
berbagai macam mineral, tetapi hanya cassiterite (SnO2) yang penting secara
komersial. Karena proses reduksi timah oksida tidak sulit, timah biasanya
diekstraksi dari bijihnya melalui proses reduksi pirometalurgi yang terdiri
dari smelting bijih, setelah mengkonsentrat “tin moiety” secara fisik dengan
memanfaatkan berat jenis kasiterit yang tinggi.
Kasiterit terdapat dalam bentuk
alluvial maupun lode deposit. Deposit bijihnya biasanya mengandung material –
material lain yang secara umum menghambat proses refining timah. Misalnya,
keberadaan sulfur dan besi akan mengganggu saat smelting dimana elemen – elemen
lain seperti As, Sb, Bi, Pb, Cu dan Ag memerlukan tahapan proses lain selama
refining.
Penambangan bijih timah dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu penambangan lepas pantai dan penambangan darat.
Pada saat pengambilan lepas pantai kadar Sn masih rendah sehingga perlu
dilakukan pencucian awal untuk mendapatkan bijih timah dengan kadar Sn 20 –
30%. Sedangkan penambangan darat dilakukan dengan menggunakan metode tambang
semprot. Proses pencusian dilakukan di areal penambangan darat. Hasil
penambangan darat sudah memenuhi standar peleburan diatas 70%.
Proses peleburan timah menggunakan
Stationary Reverberatory Furnace yang dilakukan dalam dua tahap. Peleburan
tahap I menghasilkan produk utama crude tin dan slag I. Sedangkan peleburan
tahap II menghasilkan produk utama slag II dan hardhead. Crude tin hasil
peleburan tahap I kemudian dimurnikan dengan berbagai proses refining. Refining
timah menggunakan metode electrolytic refining, eutactic refining dan
pyrorefining. Proses refining ini bertujuan untuk menghilangkan unsur – unsur
pengotor seperti Pb, As, Sb, Fe, Ni dan Cu sehingga diperoleh logam timah yang
memenuhi standar kualitas yang sudah ditetapkan.
Flowsheet Process
1.PENAMBANGAN TIMAH
2.PENGOLAHAN MINERAL
3.PELEBURAN BIJIH TIMAH
4.PEMURNIAN
1. PENAMBANGAN BIJIH TIMAH
* Penambangan Lepas Pantai
1.PENAMBANGAN TIMAH
2.PENGOLAHAN MINERAL
3.PELEBURAN BIJIH TIMAH
4.PEMURNIAN
1. PENAMBANGAN BIJIH TIMAH
* Penambangan Lepas Pantai
Penambangan lepas pantai dilakukan
oleh armada kapal keruk. Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses
di instalasi pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30% Sn.
* Penambangan Darat
* Penambangan Darat
Proses penambangan timah alluvial
menggunakan pompa semprot (gravel pump). Proses pencusian dilakukan di areal penambangan
darat. Hasil penambangan darat sudah memenuhi standar peleburan diatas 70%.
2. PENGOLAHAN MINERAL
2. PENGOLAHAN MINERAL
Tujuan proses pengolahan mineral
adalah untuk meningkatakan kadar Sn pada bijih hasil penambangan lepas pantai
dari 20 – 30% menjadi di atas 70% (cassiterite).
*Ore Bin
*Ore Bin
Bijih timah (feed) dimasukkan ke
dalam ore bin , kemudian bijih timah tersebut dicuci dengan menggunakan air
dengan tekanan dan debit yang sesuai dengan karakteristik umpan. Ore bin mampu
melakukan pencucian 15 ton ore/jam
*Jig Harz
*Jig Harz
Setelah bijih timah mengalami proses
pencusian kemudian hasilnya dialirkan ke dalam jig harz. Jig Harz bekerja
menggunakan alat seperti saringan yang disebut bed yang diletakkan di dasara
alat ini. Alat ini bekerja berdasarkan berat jenis sehingga bijih timah yang
memiliki berat jenis yang lebih berat mengalir ke bawah, sedangkan tailingnya
yang masih mengandung Sn dengan kadar rendah dan mineral ikutannya seperti
quarsa, zirkon, rutile, monazite, xinotime, topas, pirit, siderit, turmaline
dan karat besi akan ditampung dan kemudian dialirkan ke Trapesium Jig Yuba.
Bijih timah yang dialirkan kebawah pada jig harz akan masuk ke dalam
kompartemen A, B, C, D.
*Trapesium Jig Yuba
Proses disini sama dengan proses
pada jig harz. Pada umumnya kandungan Sn yang terdapat disini sangatlah rendah.
Hasil dari proses ini akan diteruskan ke rotary dryer, sedangkan tailingnya
akan ditempatkan pada Settling Pond.
*Rotary Dryer
*Rotary Dryer
Setelah itu bijih timah dengan kadar
tinggi (>70%) maupun hasil dari Trapesium Jig Yuba akan dikeringkan pada
rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi (diameter 12
inch) yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang
didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar. Sehingga dengan berputarnya
alat ini maka bijih timah yang basah akan menempel pada besi panas tersebut dan
kemudian akan mengalami pengeringan.
*Screening
*Screening
Feed yang berkadar rendah setelah
mengalami pengeringan pada rotary screen akan diteruskan ke round screen,
disini bijih Sn akan diklasifikasikan berdasarkan ukuran butirnya, proses ini
dilakukan untuk mendapatkan material feed dengan ukuran seragam sehingga dapat
diteruskan ke High Tension Separator.
*High Tension Separator (HTS)
*High Tension Separator (HTS)
Pada
HTS material masukan akan diklasifikasikan menurut sifat electricitinya
(konduktor, non konduktor, dan middling ). Muatan listrik akan diberikan kepada
partikel nonkonduktor dan tidak diteruskan ke ground. Mineral konduktor setelah
menerima muatan akan meneruskan ke ground sehingga kehinglangan muatan. Terjadi
perbedaan lintasan tempuh antara mineral konduktor dan non konduktor.
*Magnetic Separator
Berfungsi untuk memisahkan material magnetik dan non magnetik. Cara kerja alat ini adalah dengan mengukur densitas fluks magnet atau induksi magnet yang dihasilkan oleh material. Hasil keluaran dari proses ini adalah cassiterite dengan kadar 60% Sn. Setelah proses ini, dilanjutkan ke air table.
*Air Table
Feed
yang bersifat middling setelah melewati HTS akan diolah di air table. Alat ini
bekerja seperti alat shaking table dimana terjadi pemisahan mineral berdasarkan
berat jenisnya dengan menggunakan getaran dan tekanan udara.
*Rotary Screening
Tailing
akhir yang memiliki kadar Sn 2-4% Sn pada settling pond akan kembali diolah,
tailing pertama akan dimasukkan ke dalam rotary screening.
3. PELEBURAN BIJIH TIMAH
Reaksi reduksi bijih timah menjadi timah bebas adalah sbb :
SnO2 + CO = SnO2 + CO2
SnO + CO2 = Sn + CO2
Dari reaksi tersebut masih terdapat SnO2 yang tidak terseduksi oleh C yang lalu akan bereaksi dengan Sn dan SiO2 untuk menghasilkan terak (slag) stannous silicate.
Reaksi yang terjadi :
SnO2 + Sn + 2SiO2 = 2 SnOSiO2
Untuk menghasilkan Sn, terak ini dapat direduksi oleh C, reaksinya adalah sbb :
2 SnOSiO2 + 2 C = 2 Sn + 2 SiO2 + 2 CO2
Proses peleburan Terak
Terak hasil proses peleburan I akan dilebur ulang untuk mendapatkan hardhead dan terak II. Bahan baku peleburan terak I yang mengandung 20 – 30% Sn, batu kapur dan antrasit .
*Peleburan tahap I (peleburan bijih) menghasilkan crude tin
dan terak I
*Peleburan tahap II (peleburan terak) menghasilkan hardhead dan terak II
*Peleburan tahap II (peleburan terak) menghasilkan hardhead dan terak II
PROSES
PEMURNIAN
Proses ini terbagi menjadi 3 yaitu :
*PYROREFINING
Pyrorefining bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kandungan Sn 99,93% dan produk dengan kandungan 99,85%. Proses ini dilakukan dengan menambahkan bahan / aditif yang akan berfungsi sebagai pengikat impurities didalam timah. Tahapan proses ini meliputi :
*Pemurnian pengotor Fe
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan serbuk gergaji diaduk 30 menit, Fe akan diendapkan sebagai FeSn-oksida.
*Pemurnian pengotor As
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan scrap aluminium diaduk 30 menit dihembuskan udara 30 menit, As akan diendapkan sebagai AsAl.
*Pemurnian pengotor Cu, Ni
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan belerang diaduk 30 menit dihembuskan udara 30 menit.
Reaksi : Cu(Sn) + S(S) ==== CuS(S)
*Proses Pelelehan
Pada suhu 800oC wet dross(campuran timah dengan oksida logam pengotor) dilelehkan dalam flame oven sehingga timah bebas akan leleh dan terpisah dengan dry dross.
*ELECTROLYTIC REFINING
Dilakukan untuk mendapatkan produk dengan kandungan Sn 99,99%. Secara garis beras, proses ini menggunakan konsep elektrolisis.
Ingot timah dilebur ulang dan dicetak membentuk anoda, sedangkan untuk katoda digunakan starter sheet atau starting cathode Stainless Steel. Arus AC diubah ke DC dengan rectifier, larutan elektrolit yang digunakan adalah H2SO4, H2SiF6, SnSO4 ditambahkan zat aditif gelatin dan eugenol untuk menghindari endapan Sn berbentuk jarum – jarum yang dapat memicu short circuit. Ion Sn dari anoda akan berpindah dan menempel di permukaan katoda.
Reaksi :
anoda : Sn(impure) === Sn2+
katoda : Sn2+ ==== Sn(pure)
Gambar hasil
pengolahan timah
*EUTECTIC REFINING
Dilakukan
untuk menghasilkan produk low lead dengan kandungan lead 40, 50, 100 ppm.
Secara garis besar, pronsip yang digunakan adalah pemisahan berdarakan fasa
yang terbentuk pada diagram fasa biner Sn-Pb. Alat yang digunakan adalah
crystallizer. Waste yang dihasilkan adalah paduan Pb-Sn dengan kandungan Pb
sekitar 20%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar